Senin, 10 Oktober 2016

CONTOH AUTO BIOGRAFI-TUGAS BAHASA INDONESIA

Nafis, Sang Revolusioner Pendidikan Keluarga

Muhammad Nafis adalah nama lengkapku. Aku bisa dipanggil dengan nama belakangku, Nafis. Namaku diambil dari bahasa arab yang memiliki arti orang yang bermanfaat. Bukan orang tuaku yang memberikan nama kepadaku, melainkan guru mereka. Beliau adalah K.H.R. Syahid Bakri, seorang pengasuh pondok pesantren tempat ayah dan ibuku menimba ilmu.
Nama ayahku adalah Muhamad Abrori sedangkan Titik Zuhriyah adalah nama ibuku. Aku dilahirkan ibu bertempat di Wonosobo. Sedangkan tanggal pastinya aku kurang tahu. Ketidaktahuanku bukan karena hilangnya ingatanku, melainkan terdapat keterangan ganda mengenai waktu kelahiranku. Pada surat kelahiran tercantum bahwa aku lahir tanggal 24 Oktober 1997. Sedangkan pada akta kelahiran menerangkan kalau aku lahir tanggal 10 Oktober 1997. Mana yang benar sampai sekarang aku belumtahu. Tetapi, aku biasanya menggunakan tanggal lahir yang sesuai dengan akta kelahiran.
Keurgaku terdiri dari lima orang, yaitu aku, kedua orang tua, dan dua adik. Adik pertamaku sudah kelas satu SMA, sedangkan adik ke duaku baru kelas dua MI. Rumah kami berada di Dusun Semayu Gunung, Desa Semayu, RT : 01/RW : 01, Kecamatan Selomerto.
A.    Balita
Kelahranku sangat dinantikan oleh keluarga besarku. Tidak hanya orangtuaku saja yang sangat menantikan kelahiranku, kakek dan nenekku juga sangat menantikanku di dunia. Maklumlah aku merupakan anak perama sekaligus sebagai cucu pertama.
            Aku sangat beruntung lahir menjadi cucu pertama, karena bisa menerima limpahan kasih sayang dari kakek dan nenek, selain dari orang tua. Hal ini tercermin dari salah satu ingatanku yang mesih memnenmpel erat bagimana mereka menyayangiku. Setiap sore, aku selalu diajak jalan-jalan, hal yang tidak diperoleh cucu-cucu yang lain.
B.     Taman Kanak-Kanak
Setelah usiaku menginjak 5 tahun, aku mulai memasuki sekolah formal pertamaku. TK Pertiwi Semayu menjadi pilihan orang tua sebagai tempat pertamaku menimba ilmu. Seperti namanya, TK ini terletak satu desa dengan rumahku. Jadi, aku tidak perlu menggunakan kendaraan untuk pergi ke sekolah, cukup jalan kaki.
Di TK Periwi aku masih susah untuk sekolah, aku bersedia berangkat kalau diantar oleh ibu atau ayahku. Ibu harus menggunakan berbagai cara agar aku bersedia berangkat sekolah, mulai dari membangunkan tidur sampai siap untuk berangkat. Dari bangun tidur sampai siap untuk berangkat membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran ekstra tinggi.
Ketika masih di TK aku tidak sepenuhnya belajar. Bahkan intensitasku belajar sangat sedikit jika dibandingkan dengan bermain. Kegiatan belajar mengajar di TK sambil bermain, karema masa-masa TK merupakan waktunya anak bermain.
Meskipun banyak bermain, aku tetap mendapatkan berbagi ilmu dasar yang sampai sekarang masih aku gunakan. Seperti menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu dasar yang aku terima di TK sangat bermanfaat, tanpa ilmu tersebut aku tidak bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Semasa TK aku juga mulai belajar Al-Quran di TPQ Nurul Huda. Di TPQ aku di ajari baca tulis Al-Quran. Selain belajar baca tulis, aku sambil menghafal surat-surat pendek. Melauli hafalanku, aku bisa mewakili TK Pertiwi Semayu mengikuti lomba hafalan surat Al-Quran. Dengan kerja keras ustadzah, aku bisa mempersembahkan kemenagan pertamaku. Meskipun hanya tingkat kecamatan tapi aku sangat senag dan memotivasiku memperoleh prestasi yang lebih tinggi.

C.    Sekolah Dasar
Setelah bisa menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Semayu, aku melanjutkan ssekolahku ke jenjang yang lebih tinggi. Aku memilih SD N 1 Semayu sebagai tempat aku menuntut ilmu. Sekolahku kali ini juga masi terletak satu desa dengan rumahku. Saat awal sekolah, aku masih harus diantar ibu karena tempatnya cukup jauh. Rumahku berada di ujung timur desa sedangkan SD terletak di ujung barat.
Di SD aku tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena sebagian besar siswaya berasal dari TK Pertiwi Semayau. Terlebih lagi, di SD ada du teman sejatiku. Pertemanan kami bahkan dimulai sejak kami belum menghirup bau sekolah. Selain akrab karena menjadi sahabat, mereka juga masih memiliki ikatan saudara denganku.
Saking akrabnya persahabatan kami, kami sampai memiliki nama pershabatan. Nama persahabatannya adalah Tiga Putra Sejati. Tiga merupakan nama panggilan untuk Ilham Didit Nur Hanafi, Putra untukku, dan Sejati untuk Ahmad Widiyanto.
            Persahabatan kami terinspirasi oleh persahabatan Galang, Gio, dan Guntur yang ada dalam sinetron “Preman Kampus”. Meskipun terinspirasi dari sinetron tersebut, kami tidak mengambil sepenuhnya yang mereka perankan. Kami tidak berkelahi dengan orang lain. Yang kami ambil adalah kesetiaan dan kekompaka persahabatannya saja.
            Sewaktu SD ada hal yang kurang menyenangkan untuk kehidupanku. Hal tersebut adalah lemahnya sistem kekebalan tubuhku. Aku tidak bisa berlama-lama kontak langsung dengan matahari saat matahari sedang panas-panasnya. Jika aku menghiraukan hal itu, aku akan mimisan.
            Setiap libur akhir semester, ada jadwal aku sakit. Setengah waktu libur aku sakit dan setengahnya aku bebas bermain. Hal ini sangat tidak kusukai karena disaat teman-temanku asik bermain aku masih sakit. Puncaknya aku mengalami infeksi paru-paru yang sampai mengharuskan aku bermalam di rumah sakit selama 6 hari.
Meskipun kesehatan fisikku tidak begitu baik, aku tetap aktif di organisasi kepramukaan yang ada di SD. Bahkan aku menjadi ketua regu pramuka. Selama aku aktif di pramuka, aku mengikuti dua acara besar. Pertama, lomaba pesta siaga di lapangan Kecamatan Selomerto. Kedua, lomba perkemahan yang dilaksanakan di lapangan Desa Kadipaten.
Sayangnya reguku belum cukup baik untuk menyandang gelar juara. Setidaknya banyak pengalaman dan ilmu yang bermanfaat yang bisa masuk dalam diriku. Terutama tentang kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, dan hal-hal baik yang lain.
Meskipun aktif pada organisasi, prestasi akademikku tidak kacau balau. Sejak kelas 2 semester satu sampai kelas 6 semester satu, aku selalu menjadi bintang kelas. Sayangnya semua itu tidak ditutup dengan hasil ujian nasional yang memuaska. Sehingga aku tidak mendapat peringkat satu di kelas pada ujian nasional.
Kegagalan yang aku peroleh saat mengikuti ujian mungkin karena aku kualat dengan perkataan ibuku. Aku membantah perintah ibuku untuk tidak bermain sepak bola pada satu hari sebelum ujian dilaksanakan. Hal ini menjadi pelajaran berharga untukku. Akupun sebisa mungkin menjalankan peintah yang diberika orang tuaku, terutama ibuku.
D.    Sekolah Menengah Pertama
Dengan modal nilai ujian nasional yang hanya 26,85 aku memberanikan diri mendaftar di salah satu SMP favorit yang ada di daerahku. Namanya sekolahnya adalah SMP N 1 Kertek. Sesuai dengan namanya sekolah ini terletak di Kecamatan Kertek. Meskipun berbeda kecamatan, tapi jarak SMP dengan rimahku tidak begitu jauh. Jaraknya hanya sekitar 5 KM dengan jalur darat.
Aku mendaftar di sini bersama salah satu teman sejatiku, widi. Sayangnya dia tidak diterima karena nilai ujiannya kurang. Jadi, keinginan kami unuk satu sekolah gagal terwujud.
Awal aku bersekolah, aku harus bisa beradaptasi dan mencari teman dengan cepat. Karena siswa yang berasal dari SD N 1 Semayu hanya dua orang, yaitu aku dan Via Zuhriyani. Beda halnya dengan siswa yang bersal dari SD yang ada di Kecamatan Kertek, mereka sudah memiliki banyak teman dari SD mereka dulu.
Seperti pada SMP yang lain, di SMP N 1 Kertek diadakan prgaram MOS (Masa Orientasi Siswa). MOS memiliki fingsi dan tujuan memberikan gambaran tentang sekolah kepada semua siswa baru. Di SMP N 1 Kertek MOS dilaksanakan selama tiga hari. Selama MOS berlangsung, siswa baru dibimbing oleh Pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).
Saat melihat pekerjaan penurus OSIS dalam pikiranku langsung muncul keinginanku untuk menjadi seperti mereka. Tanpa aku rencanakan, aku menjadi pengurus OSIS sejak kelas 1 SMP. Banyak sekali pelajaran yang aku teriama ketika menjadi pengurus OSIS, terutama tentang kerja sama.
Setiap hari Jumat selalu diadakan kegiatan pramuka. Lagi-lagi keinginan berorganisasiku muncul ketika aku melihat kakak kelasku. Aku punya keinginan menjadi anggota inti pramuka SMP N 1 Kertek.
Untuk menjadi anggota inti pramuka ada dua tahap seleksi. Pertama seleksi peringkat di kelas, siswa harus berperingkat tiga besar di kelas (laki-laiki sendiri dan perempuan sendiri. Kedua seleksi PBB (Peraturan Baris Berbaris).
Dengan dasar pramuka yang aku peroleh di SD, aku bisa lolos seleksi. Keinginanku menjadi anggota inti pramuka SMP N 1 Kertek pun terwujud. Dengan dua pengalaman itu, aku berkeyakinan bahwa kita bisa memperoleh suatu hal jika kita berkeinginan terlebih dahulu.
Selain ikut dalam organisasi siswa, aku juga mengikuti ekstra kulikuler. Aku masuk dalam ekskul matematika. Awalnya aku tidak mendaftar dan tidak mengikuti seleksi ekskul matematika. Aku mendaftar dan ikut seleksi ekskul sepak bola karena satu siswa hanya boleh memiliki satu ekskul saja. Tetapi aku tidak lolos seleksi ekskul sepak bola. Keikut sertaanku pada ekskul matematika karena aku diundang oleh guru yang mengajar matematika di kelasku. Namanya adalah Bu Irma. Sebuah kebanggan tersendiri bagiku bisa masuk ekskul matematika tanpa mengikuti seleksi.
Ada kebiasaan buruk yang aku terima saat memasuki bangku SMP. Kebiasaannya adalah mengerjakan PR di sekolah. Padahal, selama aku mencari ilmu di SD, aku tidak pernah melakukan hal buruk tersebut. Semasa SD aku disiplin mengerjakan tugas di rumah. Aku merasa sangat kesulitan menghilangkan kebiasaan buruk ini. Tidak sperti kebiasaan baik yang sangat mudah untuk hilanng.
  Selain mengerjakan PR di kelas, aku juga memiliki kebiasaan buruk lain yang tidak boleh ditiru. Kebiasaan buruknya adalah tidur saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Biasanya aku tertidur saat pelajaran matematika berlangsung. Kebiasaan buruk ini mulai ada ketika aku kelas 2.
Biasanya guru matematematika ( Bu Wiji) yang mengajarku di kelas 3 menyuruhku menghapus papan tulis agar aku tidak mengantuk. Tetapi rasa kantukku tetap saja muncul ketika aku merasa jenuh dan bosan di kelas. Meskipun aku sering tidur di kelas, tapi nilai matematikaku siap bersaing dengan teman sekelasku. Bahkan nilaiku lebih tinggi dari kebanyakan temanku.
Tidur saak kegiatan belajar mengajar memang kegiatan yang negativ. Tapi hal ini aku balik menjadi hal yang positif bagiku. Hal ini bisa menjadi suatu yang positif untukku karena aku berprinsip jika aku berani tidur di kelas saaat KBM, aku harus bisa mempertanggung jawabkannya. Bentuk pertanggung jawabanku adalah memahami materi yang di ajarkan selama aku teridur. Dengan prinsip ini, aku termotivasi belajar meskipun tidak di kelas.
Ketika masih menjadi siswa SMP ada sebuah pengalaman yang tidak bisa aku lupakan. Yaitu pengalaman pertamaku mendaki gunung sampai ke puncaknya. Namun pengalaman ini ada sisi negativnya karena demi naik gunung aku sampai tidak masuk sekolah.
Aku berpetualang bersama Om Nanang dan tiga temannya. Kami menaiki Gunung Sindoro. Perjuanganku sekuat tenaga aku rcurahkan demi mencapai tujuan, yaitu puncak gunung. Berbagai rintangan yang menghadang tidak menyurutkan semangatku sedikitpun. Rintangan terbasarnya adalah turunnya hujan dengan lebat sampai menyebabkan rombonganku harus menghentikan perjalanan.
Semua upaya yang kami keluarkan terbayar lunas ketika kami melihat indahnya sunrise atau matahari terbit. Apalagi dengan ketinggian Gunung Sindoro yang mencapai 3.136 meter di atas permukaan laut, kami bisa melihat pemandanagan yang sangat memukau. Terlebih lagi, tempat kami menginjakkan kaki lebih tinggi dari awan gunung. Seakan-akan kami berada di negeri di atas awan.
E.     Sekolah Menengah Atas
Setelah lulus dari SMP N 1 Kertek aku mendaftar di SMA N 2 Wonosobo. Aku mandaftar di sana bersama teman sejatiku lagi, Widi. Tetapi aku memilih jurusan IPS sedangkan dia Bahasa. Sama seperti kerika SMP, aku diterima sedangan dia tidak. Widi tidak diterima karena dia salah memilih jurusan. Andaikan saja dia menilih IPS pasti dia diterima karena peminatnya yang sedikit. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk tidak satu sekolah dengan teman sejatiku.
Sama seperti SD dan SMP, di SMA aku juga aktif dalam organisasi. Organusasi yang aku pilih adalah Rohis SMADA dan Katoda. Kali ini aku tidak masuk pramuka karena rasa kecewaku waktu SMP belum hulang.
Rohis SMADA (Rohani Islam SMA N  Wonosobo) adalah sebuah organisasi keagamaan yang berdiri di bawah naungan OSIS. Meskipun berdiri di bawah naungan OSIS, tapi Rohis memiliki proker yang lebih banyak dari pada OSIS. Proker yang ada dalam Rohis mulai dari harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Selama dua tahun di Rohis, aku mejabat sebagai divisi kemakmuran masjid.
Katoda (Komunitas Petoelang SMADA) adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang peduli lingkungan atau pecinta alam. Tidak seperti Rohis yang memiliki banyak proker, dalam katoda hanya ada proker bulanan dan tahunan. Selama dua tahun di katoda aku hanya menjadi aggota aktif saja.
Aktif dalam organisasi tidak membuatku melupakan kewajibanku mencari ilmu. Tapi justru memotivasiku untuk berprestasi. Aku ingin membuktikan kalau sibuk organisasi tidak menghambat aku untuk belajar tapi justru sebaliknya.
Aku masuk dalam kelas X IPS 2. Di kelas ada 2 siswi yang sekolah asalnya sama denganku. Meskipun merka berasal dari sekolah yang sama dengabahkaaku tetap harus mencari teman secepat mungkin. Karena aku kurang akrab dengan anak perempuan. Aku masih malu untuk berkomunikasi dengan lawan jenis.
Pada semester awal, orang tuaku menambah motivasiku dan adikku untuk belajar. Mereka menjanjikan akan membelikan laptop kepada siapa saja yang bisa mendapat peringkat satu di kelas. Hadiah yang dijanjikan sebenarnya tidak semata-mata untuk memotivasiku saja, tetapi orang tuaku sangat memahami kebutuhanku. Mereka tahu jika aku sudah membutuhkan laptop sebagai sarana pembelajaranku.
Niat baik orang tua tidak kusia-siakan begitu saja. Semangat belajarku menggebu-nggebu. Di rumah aku jarang belajar. Aku lebih suka fokus di kelas sampai materi benar-benar masuk otak dan hatiku. Hasilnya aku tidak hanya mendapat peringkat satu di kelas, bahkakan aku bisa meraih peringkat satu paralel.
Dengan prestasi itu, aku mendapat kepercayaan menjadi salah satu wakil sekolahku mengikuti Olimpiade Ekonomi. Sayangnya aku belum bisa mempersembahkan kemenangan untuk almamater tercinta. Kekalahanku disebabkan kurangnya persiapan karena waktu perlombaannya dipercepat. Selain itu, aku juga masih sangat lemah dalam penguasaan Bahasa Inggris. Tapi tidak masalah untukku karena dalam perlombaan pasti ada yang menang dan ada yang tidak. Paling tidak aku bisa memperoleh ilmu yang lebih dalam tentang ekonomi dibandingkan temanku.
Penyakitku tidur di kelas saat KBM masih melakat meskipun aku sudah duduk di bangku SMA. Teman-temanku sampai tidah heran jika melihat aku tidur di kelas. Intensitas tidurku saat KBM mulai berkurang sejak semester 3. Sebenarnya aku masih tetap mengantuk di kelas, tapi aku merasa malu dengan guru yang mengajarku. Apalagi hampir semua guru yang mengajar mempunyai hubungan yang akrab denganku.
Meskipun sering tidur di kelas, aku tetap bisa menyerap materi yang diajarkan guruku. Terbukti dengan setatus peringkat satu paralel yang bisa tetap kusandang sejak semester 1 sampai semester akhir. Puncaknya aku menjadi lulusan terbaik dalam jurisan IPS.
Dengan menjadi lulusan terbaik, aku bisa mewujudkan keinginan dan harapan yang diberikan ibuku sejak awal masuk SMA. Keinginannya adalah membersamai aku naik panggung wisuda untuk menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik. Pada momen ini aku merasa sangat bahagia karena bisa membanggakan orang tuaku.
F.     Perguruan Tinggi
Aku tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang berpendidikan non formal. Ayah dan ibuku hanya lulusan Sekolah Dasar. Mereka lebih banyak menempuh pendidikan di pondok pesantren. Belasan tahun mereka mencari ilmu di ponpes, lebih tepatnya sejak lulus SD sampai menikah. Hal inilah yang membuatku ingin merevolusi keluargaku.
Keluarga besarku memang kebanyakan hanya belajar di ponpes.  Sehingga, kadang-kadang ada keluarga lain yang merendahkan keluarga besarku. Hal ini semakin membuatku semangat melanjutkan pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi. Aku ingin membuktikan bahwa keluarga kami tidak menempuh pendidikan formal sampai jenjang yang tinggi bukan karena bodoh, melainkan karena lebih mementingkan dan mempersiapkan kehidupan akhirat.
Perjuanganku masuk perguruan tinggi cukup panjang. Mulai dari usahaku mengikuti seleksi PSSB-DII UNDIP, seleksi sebagai praja IPDN, dan seleksi SBMPTN. Semua itu butuh tenaga, pikiran, dan biaya.
Berbeda ketika ingin masuk ke SMP maupun SMA dengan ketika akan masuk peguruan tinggi. Saat akan masuk SMP dan SMA, aku mendaftar setelah ujian nasional dilaksanakan, bahkan sampai pengumuman kelulusan. Sedangkan ketika akan masuk perguruan tinggi aku mulai mendaftar jauh-jauh hari sebelum ujian dilaksanakan.
Jalur yang aku pilih untuk masuk ke PT yang pertama aku ikuti adalah PSSB-DIII UNDIP. Aku memilih prgram pendidikan atau jurusan Manajemen Perusahaan di pilihan pertama dan pilihan kedua jatuh pada prodi Keuangan Daerah. Hasilnya aku diterima di jurusan Keuangan Daerah.
Aku sedikit kecewa karena tidak di terima di jurusan Manajemen Perusahaan. Kekecewaanku ini mebuat aku berpikiran tidak akan mengambil jurusan Keuangan Daerah. Tetap orang-orang di sekelilingku mendesak aku untuk tetap mengambilnya. Desakan dari banyak orang menyebabkan aku berubah pikiran.
Aku lalu melanjutkan tahap pendaftaran selanjutnya, yaitu pendaftaran ulang. Akan tetapi, aku tidak bisa masuk ke halaman pendaftaran ulang. Sehingga niatku keinginanku menjadi mahasiswa UNDIP lewat jalur PSSB-DIII gagal di tengah jalan.
Mengetahui kegagalan yang terjadi, aku langsung berusaha fokus mempersiapkan diri untuk seleksi calon praja IPDN. Namun kekecewaan yang menghantuiku membuat semangat belajarku hilang. Sehingga aku kurang persiapan dalam mengikuti seleksi.
Untuk menjadi praja IPDN, semua calon praja harus lolos 7 tahapan seleksi. Seleksi yang pertama adalah TKD (Tes Kompetensi Dasar) dengan sistem  CAT      (Computer Assisted Test). Jadwal seleksi TKD yang aku peroleh betabrakan dengan acara wisudaku. Sehingga aku harus meninggalkan acara wisuda lebih awal. Sedangkan tempat pekasnaanya di Kantor Regional I BKN Yogyakarta Jl. Magelang Km. 75 Yogyakarta 55285.
Persiapanku mengikuti TKD bisa dibilang jauh dari kata matang. Aku hanya belajar selama satu jam. Padahal ada 100 soal yang terbagi dalam tiga materi pokok, antara lain :
1)   Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)
2)   Tes Intelegensi Umum (TIU)
3)   Tes Karakteristik Pribadi (TKP)
Tetapi dengan izin Allah SWT, aku bisa lolos ke tahap selanjutnya. Seleksi tahap kedua adalah tes kesehatan. Tes Kesehatan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama, Jalan Doktor Sutomo No.17, Barusari, Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa Tengah 50245, Indonesia. Terdapat banyak sekali materi pemeriksaan tes kesehatan bagi peserta seleksi calon praja IPDN, antara lain :
1)   Penilaian Rikkes Calon Praja IPDN : anatomi, fisiologi, dan estetika tubuh.
2)   Hasil Rikkes sesuai STATUS PRESENT (Kondisi kesehatan pada saat pemeriksaan kesehatan dilakukan).
3)   Anamnesis : Penjelasan tentang riwayat penyakit baik pada diri sendiri (Capra IPDN) maupun keluarga yang saat ini atau sebelumnya pernah diderita. Termasuk penjelasan tentang penyakit yang sifatnya diturunkan (contoh : Asma, hypertensi) maupun tindakan pembedahan yang pernah dijalani.
4)   Pemeriksaan fisik.
5)   Laboratorium
a.    Urin Rutin
b.    Darah Rutin
c.    Kimia Darah
d.    Serologis
e.    Narkoba
f.     Tes Kehamilan (P)
6)   Foto Toraks
7)   EKG
8)   Varicoucle
9)   Asthma

10)    Hepatitis B
11)    Hernia
Sayangnya aku harus gagal pada tahap ini. Faktor uama kegagalanku adalah kurangnya persiapan. Terbukti dengan tinggi badanku yang hanya kurang 2 mm. Untuk menjadi praja IPDN minimal memiliki tinggi 160 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk perempuan. Sedangkan tinggibadanku saat tes adalah 159,8 cm. Pengalaman ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
Kegagalan yang aku alami tidak membuatku menyerah begiti saja. Aku langsung beputar arah mengikuti SBMPTN ( Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tempat pelaksanaannya di SMK N 6 Yogyakarta, Jalan Kenari No. 46 Yogyakarta. Sedangkan waktu pelaksanaannya bertepatan dengan pengumuman tes kesehatan IPDN.
Sebelum melihat hasil pengumuman tes kesehatan aku mengikuti SBMPTN terlebih dahuli. Karena aku sudah punya firasat kalau aku tidak akan lolos tes kesehatan. aku khawatir kegagalanku menyebabkan aku tidak fokus mengerjakan soal SBMPTN. Apalagi aku hanya belajar satu hari untuk menyelesaikan sosl-soal SBMPTN.
Aku merasa sangat beruntung karena aku bisa diterima di jurusan S-1 Manajemen Universitas Diponegoro. Padahal aku tidak diterima di jurusan D-3 Manajemen Perusahaan. Akupun sangat bersukur kepada Allah SWT.
Stelah lolos seleksi SBMPTN dan diterima di universitas yang aku inginkan, aku melanjutkan ketahap selanjutnya. Tahap selanjutnya untuk menjadi mahasiswa Universitas Diponegoro adalah tes kesehatan dan verifikasi berkas. RSND (Rumah Sakit Nasional Diponegoro menjadi tempat dilaksanakannya tes kesehatan. sedangka verifikasi berkas dilakukan di gedung Prof. Soedarto, Tembalang.
Aku pergi mengikuti tes ditemani ibu tercinta. Kami pergi menggunakan sepeda motor. Jarak dari rumahku ke kampus Tembalang Universitas Diponegoro sekitar 120 KM. Dengan jarak segitu kami membutuhkan dua setengah jam perjalanan.
Tes kesehatan yang ini tidak sebanyak tes kesehatan IPDN. Tes kali ini hanya mengetes keadaan fisik, mata, dan urin. Tanpa persiapan apapun aku tidak kesulitan lolos tahap ini.
Saat tes kesehatan aku mendapat giliran kloter kedua yang dilakukan mulai pukul 13.00 WIB. Padahal sejak pagi kami sudah berada di lokasi. Sambil menunggu giliran, aku dan ibuku pergi mencari tempat unuk aku tinggal di Semarang. Sesuai rencana awal, aku akan tinggal di sebuah pondok pesantren.
Hanya bermodal tanya orang, aku dan ibu mencari pondok pesantren. Beberapa menit kami berjalan di sekitar kampus sambil sesekali berhenti untuk bertanya pada orang. Akhirnya kami bisa menemukan sebuah ponpes. Namanya adalah PP Kyai Galang Sewu.
PP Kyai Galang Sewu terletak di Jalan Jurang Blimbing RT : 03/RW : 04, Tembalang. Bapak K.H. Muhammad Sam’ani Khoiruddin, S.Ag. adalah pengasuh pondoknya. Kebanyakan santri di sini adalah mahasiswa UNDIP maupun POLINES. Karena jatah tes keshatanku masih lama kami beristirahat dulu di sini kemudian baru pergi ke RSND.
Setelalah melakukan tes kesehatan, esok harinya aku melakukan verifikasi berkas. Kali ini aku datang pagi-pagi sekali agar tidak terlalu lama mengantri. Strategiku ini berjalan sesuai rencana sehingga aku bisa pulang lebih awal.
Sebelum berangkat ke Semarang, terdapat dua hari waktu tinngal di rumah. Waktu tersebut aku gunakan untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Aku berangkat dari rumah tepat setelah Sholat Subuh. Masih melekat dalam pikiranku ekspresi ibuku yang sambil menangis ketika aku akan berangkat. Akupu bergegas berangkat agar tidak larut dalam kesedihan sebuah perpisahan.
Aku berangkat dari rumah langsung menuju pondok. Di pondok aku tidak merasa kesulitan untuk beradaptasi. Hal ini terjadi karena suasana dan kebiasaannya hampir sama dengan tempat mondok pertamaku semasa SMP.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar