Nafis, Sang Revolusioner Pendidikan Keluarga
Muhammad
Nafis adalah nama lengkapku. Aku bisa dipanggil dengan nama belakangku, Nafis.
Namaku diambil dari bahasa arab yang memiliki arti orang yang bermanfaat. Bukan
orang tuaku yang memberikan nama kepadaku, melainkan guru mereka. Beliau adalah
K.H.R. Syahid Bakri, seorang pengasuh pondok pesantren tempat ayah dan ibuku
menimba ilmu.
Nama
ayahku adalah Muhamad Abrori sedangkan Titik Zuhriyah adalah nama ibuku. Aku dilahirkan
ibu bertempat di Wonosobo. Sedangkan tanggal pastinya aku kurang tahu. Ketidaktahuanku
bukan karena hilangnya ingatanku, melainkan terdapat keterangan ganda mengenai
waktu kelahiranku. Pada surat kelahiran tercantum bahwa aku lahir tanggal 24
Oktober 1997. Sedangkan pada akta kelahiran menerangkan kalau aku lahir tanggal
10 Oktober 1997. Mana yang benar sampai sekarang aku belumtahu. Tetapi, aku
biasanya menggunakan tanggal lahir yang sesuai dengan akta kelahiran.
Keurgaku
terdiri dari lima orang, yaitu aku, kedua orang tua, dan dua adik. Adik
pertamaku sudah kelas satu SMA, sedangkan adik ke duaku baru kelas dua MI.
Rumah kami berada di Dusun Semayu Gunung, Desa Semayu, RT : 01/RW : 01,
Kecamatan Selomerto.
A.
Balita
Kelahranku
sangat dinantikan oleh keluarga besarku. Tidak hanya orangtuaku saja yang
sangat menantikan kelahiranku, kakek dan nenekku juga sangat menantikanku di
dunia. Maklumlah aku merupakan anak perama sekaligus sebagai cucu pertama.
Aku sangat beruntung lahir menjadi
cucu pertama, karena bisa menerima limpahan kasih sayang dari kakek dan nenek,
selain dari orang tua. Hal ini tercermin dari salah satu ingatanku yang mesih
memnenmpel erat bagimana mereka menyayangiku. Setiap sore, aku selalu diajak
jalan-jalan, hal yang tidak diperoleh cucu-cucu yang lain.
B.
Taman
Kanak-Kanak
Setelah
usiaku menginjak 5 tahun, aku mulai memasuki sekolah formal pertamaku. TK
Pertiwi Semayu menjadi pilihan orang tua sebagai tempat pertamaku menimba ilmu.
Seperti namanya, TK ini terletak satu desa dengan rumahku. Jadi, aku tidak
perlu menggunakan kendaraan untuk pergi ke sekolah, cukup jalan kaki.
Di
TK Periwi aku masih susah untuk sekolah, aku bersedia berangkat kalau diantar
oleh ibu atau ayahku. Ibu harus menggunakan berbagai cara agar aku bersedia berangkat sekolah,
mulai dari membangunkan tidur sampai siap untuk berangkat. Dari bangun tidur
sampai siap untuk berangkat membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran
ekstra tinggi.
Ketika
masih di TK aku tidak sepenuhnya belajar. Bahkan intensitasku belajar sangat
sedikit jika dibandingkan dengan bermain. Kegiatan belajar mengajar di TK
sambil bermain, karema masa-masa TK merupakan waktunya anak bermain.
Meskipun
banyak bermain, aku tetap mendapatkan berbagi ilmu dasar yang sampai sekarang
masih aku gunakan. Seperti menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu dasar yang aku terima di TK sangat bermanfaat,
tanpa ilmu tersebut aku tidak bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Semasa
TK aku juga mulai belajar Al-Quran di TPQ Nurul Huda. Di TPQ aku di ajari baca
tulis Al-Quran. Selain belajar baca tulis, aku sambil menghafal surat-surat
pendek. Melauli hafalanku, aku bisa mewakili TK Pertiwi Semayu mengikuti lomba
hafalan surat Al-Quran. Dengan kerja keras ustadzah, aku bisa mempersembahkan
kemenagan pertamaku. Meskipun hanya tingkat kecamatan tapi aku sangat senag dan
memotivasiku memperoleh prestasi yang lebih tinggi.
C.
Sekolah
Dasar
Setelah
bisa menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Semayu, aku melanjutkan ssekolahku
ke jenjang yang lebih tinggi. Aku memilih SD N 1 Semayu sebagai tempat aku
menuntut ilmu. Sekolahku kali ini juga masi terletak satu desa dengan rumahku.
Saat awal sekolah, aku masih harus diantar ibu karena tempatnya cukup jauh.
Rumahku berada di ujung timur desa sedangkan SD terletak di ujung barat.
Di
SD aku tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena sebagian besar siswaya
berasal dari TK Pertiwi Semayau. Terlebih lagi, di SD ada du teman sejatiku.
Pertemanan kami bahkan dimulai sejak kami belum menghirup bau sekolah. Selain
akrab karena menjadi sahabat, mereka juga masih memiliki ikatan saudara
denganku.
Saking
akrabnya persahabatan kami, kami sampai memiliki nama pershabatan. Nama
persahabatannya adalah Tiga Putra Sejati. Tiga merupakan nama panggilan untuk
Ilham Didit Nur Hanafi, Putra untukku, dan Sejati untuk Ahmad Widiyanto.
Persahabatan kami terinspirasi oleh
persahabatan Galang, Gio, dan Guntur yang ada dalam sinetron “Preman Kampus”.
Meskipun terinspirasi dari sinetron tersebut, kami tidak mengambil sepenuhnya
yang mereka perankan. Kami tidak berkelahi dengan orang lain. Yang kami ambil
adalah kesetiaan dan kekompaka persahabatannya saja.
Sewaktu SD ada hal yang kurang
menyenangkan untuk kehidupanku. Hal tersebut adalah lemahnya sistem kekebalan
tubuhku. Aku tidak bisa berlama-lama kontak langsung dengan matahari saat
matahari sedang panas-panasnya. Jika aku menghiraukan hal itu, aku akan
mimisan.
Setiap libur akhir semester, ada
jadwal aku sakit. Setengah waktu libur aku sakit dan setengahnya aku bebas
bermain. Hal ini sangat tidak kusukai karena disaat teman-temanku asik bermain
aku masih sakit. Puncaknya aku mengalami infeksi paru-paru yang sampai
mengharuskan aku bermalam di rumah sakit selama 6 hari.
Meskipun
kesehatan fisikku tidak begitu baik, aku tetap aktif di organisasi kepramukaan
yang ada di SD. Bahkan aku menjadi ketua regu pramuka. Selama aku aktif di
pramuka, aku mengikuti dua acara besar. Pertama, lomaba pesta siaga di lapangan
Kecamatan Selomerto. Kedua, lomba perkemahan yang dilaksanakan di lapangan Desa
Kadipaten.
Sayangnya
reguku belum cukup baik untuk menyandang gelar juara. Setidaknya banyak
pengalaman dan ilmu yang bermanfaat yang bisa masuk dalam diriku. Terutama
tentang kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, dan hal-hal baik yang lain.
Meskipun
aktif pada organisasi, prestasi akademikku tidak kacau balau. Sejak kelas 2
semester satu sampai kelas 6 semester satu, aku selalu menjadi bintang kelas.
Sayangnya semua itu tidak ditutup dengan hasil ujian nasional yang memuaska.
Sehingga aku tidak mendapat peringkat satu di kelas pada ujian nasional.
Kegagalan
yang aku peroleh saat mengikuti ujian mungkin karena aku kualat dengan
perkataan ibuku. Aku membantah perintah ibuku untuk tidak bermain sepak bola
pada satu hari sebelum ujian dilaksanakan. Hal ini menjadi pelajaran berharga
untukku. Akupun sebisa mungkin menjalankan peintah yang diberika orang tuaku,
terutama ibuku.
D.
Sekolah
Menengah Pertama
Dengan
modal nilai ujian nasional yang hanya 26,85 aku memberanikan diri mendaftar di
salah satu SMP favorit yang ada di daerahku. Namanya sekolahnya adalah SMP N 1
Kertek. Sesuai dengan namanya sekolah ini terletak di Kecamatan Kertek.
Meskipun berbeda kecamatan, tapi jarak SMP dengan rimahku tidak begitu jauh.
Jaraknya hanya sekitar 5 KM dengan jalur darat.
Aku
mendaftar di sini bersama salah satu teman sejatiku, widi. Sayangnya dia tidak
diterima karena nilai ujiannya kurang. Jadi, keinginan kami unuk satu sekolah
gagal terwujud.
Awal
aku bersekolah, aku harus bisa beradaptasi dan mencari teman dengan cepat.
Karena siswa yang berasal dari SD N 1 Semayu hanya dua orang, yaitu aku dan Via
Zuhriyani. Beda halnya dengan siswa yang bersal dari SD yang ada di Kecamatan
Kertek, mereka sudah memiliki banyak teman dari SD mereka dulu.
Seperti
pada SMP yang lain, di SMP N 1 Kertek diadakan prgaram MOS (Masa Orientasi
Siswa). MOS memiliki fingsi dan tujuan memberikan gambaran tentang sekolah kepada
semua siswa baru. Di SMP N 1 Kertek MOS dilaksanakan selama tiga hari. Selama
MOS berlangsung, siswa baru dibimbing oleh Pengurus OSIS (Organisasi Siswa
Intra Sekolah).
Saat
melihat pekerjaan penurus OSIS dalam pikiranku langsung muncul keinginanku
untuk menjadi seperti mereka. Tanpa aku rencanakan, aku menjadi pengurus OSIS
sejak kelas 1 SMP. Banyak sekali pelajaran yang aku teriama ketika menjadi
pengurus OSIS, terutama tentang kerja sama.
Setiap
hari Jumat selalu diadakan kegiatan pramuka. Lagi-lagi keinginan
berorganisasiku muncul ketika aku melihat kakak kelasku. Aku punya keinginan menjadi
anggota inti pramuka SMP N 1 Kertek.
Untuk
menjadi anggota inti pramuka ada dua tahap seleksi. Pertama seleksi peringkat
di kelas, siswa harus berperingkat tiga besar di kelas (laki-laiki sendiri dan
perempuan sendiri. Kedua seleksi PBB (Peraturan Baris Berbaris).
Dengan
dasar pramuka yang aku peroleh di SD, aku bisa lolos seleksi. Keinginanku
menjadi anggota inti pramuka SMP N 1 Kertek pun terwujud. Dengan dua pengalaman
itu, aku berkeyakinan bahwa kita bisa memperoleh suatu hal jika kita
berkeinginan terlebih dahulu.
Selain
ikut dalam organisasi siswa, aku juga mengikuti ekstra kulikuler. Aku masuk
dalam ekskul matematika. Awalnya aku tidak mendaftar dan tidak mengikuti
seleksi ekskul matematika. Aku mendaftar dan ikut seleksi ekskul sepak bola
karena satu siswa hanya boleh memiliki satu ekskul saja. Tetapi aku tidak lolos
seleksi ekskul sepak bola. Keikut sertaanku pada ekskul matematika karena aku
diundang oleh guru yang mengajar matematika di kelasku. Namanya adalah Bu Irma.
Sebuah kebanggan tersendiri bagiku bisa masuk ekskul matematika tanpa mengikuti
seleksi.
Ada
kebiasaan buruk yang aku terima saat memasuki bangku SMP. Kebiasaannya adalah
mengerjakan PR di sekolah. Padahal, selama aku mencari ilmu di SD, aku tidak
pernah melakukan hal buruk tersebut. Semasa SD aku disiplin mengerjakan tugas
di rumah. Aku merasa sangat kesulitan menghilangkan kebiasaan buruk ini. Tidak
sperti kebiasaan baik yang sangat mudah untuk hilanng.
Selain mengerjakan PR di kelas, aku juga
memiliki kebiasaan buruk lain yang tidak boleh ditiru. Kebiasaan buruknya
adalah tidur saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Biasanya aku
tertidur saat pelajaran matematika berlangsung. Kebiasaan buruk ini mulai ada
ketika aku kelas 2.
Biasanya
guru matematematika ( Bu Wiji) yang mengajarku di kelas 3 menyuruhku menghapus
papan tulis agar aku tidak mengantuk. Tetapi rasa kantukku tetap saja muncul
ketika aku merasa jenuh dan bosan di kelas. Meskipun aku sering tidur di kelas,
tapi nilai matematikaku siap bersaing dengan teman sekelasku. Bahkan nilaiku
lebih tinggi dari kebanyakan temanku.
Tidur
saak kegiatan belajar mengajar memang kegiatan yang negativ. Tapi hal ini aku
balik menjadi hal yang positif bagiku. Hal ini bisa menjadi suatu yang positif
untukku karena aku berprinsip jika aku berani tidur di kelas saaat KBM, aku
harus bisa mempertanggung jawabkannya. Bentuk pertanggung jawabanku adalah
memahami materi yang di ajarkan selama aku teridur. Dengan prinsip ini, aku
termotivasi belajar meskipun tidak di kelas.
Ketika
masih menjadi siswa SMP ada sebuah pengalaman yang tidak bisa aku lupakan.
Yaitu pengalaman pertamaku mendaki gunung sampai ke puncaknya. Namun pengalaman
ini ada sisi negativnya karena demi naik gunung aku sampai tidak masuk sekolah.
Aku
berpetualang bersama Om Nanang dan tiga temannya. Kami menaiki Gunung Sindoro.
Perjuanganku sekuat tenaga aku rcurahkan demi mencapai tujuan, yaitu puncak
gunung. Berbagai rintangan yang menghadang tidak menyurutkan semangatku
sedikitpun. Rintangan terbasarnya adalah turunnya hujan dengan lebat sampai
menyebabkan rombonganku harus menghentikan perjalanan.
Semua
upaya yang kami keluarkan terbayar lunas ketika kami melihat indahnya sunrise atau matahari terbit. Apalagi
dengan ketinggian Gunung Sindoro yang mencapai 3.136 meter di atas permukaan
laut, kami bisa melihat pemandanagan yang sangat memukau. Terlebih lagi, tempat
kami menginjakkan kaki lebih tinggi dari awan gunung. Seakan-akan kami berada
di negeri di atas awan.
E.
Sekolah
Menengah Atas
Setelah
lulus dari SMP N 1 Kertek aku mendaftar di SMA N 2 Wonosobo. Aku mandaftar di
sana bersama teman sejatiku lagi, Widi. Tetapi aku memilih jurusan IPS
sedangkan dia Bahasa. Sama seperti kerika SMP, aku diterima sedangan dia tidak.
Widi tidak diterima karena dia salah memilih jurusan. Andaikan saja dia menilih
IPS pasti dia diterima karena peminatnya yang sedikit. Mungkin aku memang
ditakdirkan untuk tidak satu sekolah dengan teman sejatiku.
Sama
seperti SD dan SMP, di SMA aku juga aktif dalam organisasi. Organusasi yang aku
pilih adalah Rohis SMADA dan Katoda. Kali ini aku tidak masuk pramuka karena
rasa kecewaku waktu SMP belum hulang.
Rohis
SMADA (Rohani Islam SMA N Wonosobo)
adalah sebuah organisasi keagamaan yang berdiri di bawah naungan OSIS. Meskipun
berdiri di bawah naungan OSIS, tapi Rohis memiliki proker yang lebih banyak
dari pada OSIS. Proker yang ada dalam Rohis mulai dari harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan. Selama dua tahun di Rohis, aku mejabat sebagai divisi
kemakmuran masjid.
Katoda
(Komunitas Petoelang SMADA) adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang
peduli lingkungan atau pecinta alam. Tidak seperti Rohis yang memiliki banyak
proker, dalam katoda hanya ada proker bulanan dan tahunan. Selama dua tahun di
katoda aku hanya menjadi aggota aktif saja.
Aktif
dalam organisasi tidak membuatku melupakan kewajibanku mencari ilmu. Tapi justru
memotivasiku untuk berprestasi. Aku ingin membuktikan kalau sibuk organisasi
tidak menghambat aku untuk belajar tapi justru sebaliknya.
Aku
masuk dalam kelas X IPS 2. Di kelas ada 2 siswi yang sekolah asalnya sama
denganku. Meskipun merka berasal dari sekolah yang sama dengabahkaaku tetap
harus mencari teman secepat mungkin. Karena aku kurang akrab dengan anak
perempuan. Aku masih malu untuk berkomunikasi dengan lawan jenis.
Pada
semester awal, orang tuaku menambah motivasiku dan adikku untuk belajar. Mereka
menjanjikan akan membelikan laptop kepada siapa saja yang bisa mendapat
peringkat satu di kelas. Hadiah yang dijanjikan sebenarnya tidak semata-mata
untuk memotivasiku saja, tetapi orang tuaku sangat memahami kebutuhanku. Mereka
tahu jika aku sudah membutuhkan laptop sebagai sarana pembelajaranku.
Niat
baik orang tua tidak kusia-siakan begitu saja. Semangat belajarku menggebu-nggebu.
Di rumah aku jarang belajar. Aku lebih suka fokus di kelas sampai materi
benar-benar masuk otak dan hatiku. Hasilnya aku tidak hanya mendapat peringkat
satu di kelas, bahkakan aku bisa meraih peringkat satu paralel.
Dengan
prestasi itu, aku mendapat kepercayaan menjadi salah satu wakil sekolahku
mengikuti Olimpiade Ekonomi. Sayangnya aku belum bisa mempersembahkan kemenangan
untuk almamater tercinta. Kekalahanku disebabkan kurangnya persiapan karena
waktu perlombaannya dipercepat. Selain itu, aku juga masih sangat lemah dalam
penguasaan Bahasa Inggris. Tapi tidak masalah untukku karena dalam perlombaan
pasti ada yang menang dan ada yang tidak. Paling tidak aku bisa memperoleh ilmu
yang lebih dalam tentang ekonomi dibandingkan temanku.
Penyakitku
tidur di kelas saat KBM masih melakat meskipun aku sudah duduk di bangku SMA.
Teman-temanku sampai tidah heran jika melihat aku tidur di kelas. Intensitas
tidurku saat KBM mulai berkurang sejak semester 3. Sebenarnya aku masih tetap
mengantuk di kelas, tapi aku merasa malu dengan guru yang mengajarku. Apalagi
hampir semua guru yang mengajar mempunyai hubungan yang akrab denganku.
Meskipun
sering tidur di kelas, aku tetap bisa menyerap materi yang diajarkan guruku.
Terbukti dengan setatus peringkat satu paralel yang bisa tetap kusandang sejak
semester 1 sampai semester akhir. Puncaknya aku menjadi lulusan terbaik dalam
jurisan IPS.
Dengan
menjadi lulusan terbaik, aku bisa mewujudkan keinginan dan harapan yang
diberikan ibuku sejak awal masuk SMA. Keinginannya adalah membersamai aku naik
panggung wisuda untuk menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik. Pada momen
ini aku merasa sangat bahagia karena bisa membanggakan orang tuaku.
F.
Perguruan
Tinggi
Aku
tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang berpendidikan non formal.
Ayah dan ibuku hanya lulusan Sekolah Dasar. Mereka lebih banyak menempuh
pendidikan di pondok pesantren. Belasan tahun mereka mencari ilmu di ponpes,
lebih tepatnya sejak lulus SD sampai menikah. Hal inilah yang membuatku ingin
merevolusi keluargaku.
Keluarga
besarku memang kebanyakan hanya belajar di ponpes. Sehingga, kadang-kadang ada keluarga lain
yang merendahkan keluarga besarku. Hal ini semakin membuatku semangat
melanjutkan pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi. Aku ingin membuktikan
bahwa keluarga kami tidak menempuh pendidikan formal sampai jenjang yang tinggi
bukan karena bodoh, melainkan karena lebih mementingkan dan mempersiapkan
kehidupan akhirat.
Perjuanganku
masuk perguruan tinggi cukup panjang. Mulai dari usahaku mengikuti seleksi
PSSB-DII UNDIP, seleksi sebagai praja IPDN, dan seleksi SBMPTN. Semua itu butuh
tenaga, pikiran, dan biaya.
Berbeda
ketika ingin masuk ke SMP maupun SMA dengan ketika akan masuk peguruan tinggi.
Saat akan masuk SMP dan SMA, aku mendaftar setelah ujian nasional dilaksanakan,
bahkan sampai pengumuman kelulusan. Sedangkan ketika akan masuk perguruan
tinggi aku mulai mendaftar jauh-jauh hari sebelum ujian dilaksanakan.
Jalur
yang aku pilih untuk masuk ke PT yang pertama aku ikuti adalah PSSB-DIII UNDIP.
Aku memilih prgram pendidikan atau jurusan Manajemen Perusahaan di pilihan
pertama dan pilihan kedua jatuh pada prodi Keuangan Daerah. Hasilnya aku
diterima di jurusan Keuangan Daerah.
Aku
sedikit kecewa karena tidak di terima di jurusan Manajemen Perusahaan. Kekecewaanku
ini mebuat aku berpikiran tidak akan mengambil jurusan Keuangan Daerah. Tetap
orang-orang di sekelilingku mendesak aku untuk tetap mengambilnya. Desakan dari
banyak orang menyebabkan aku berubah pikiran.
Aku
lalu melanjutkan tahap pendaftaran selanjutnya, yaitu pendaftaran ulang. Akan
tetapi, aku tidak bisa masuk ke halaman pendaftaran ulang. Sehingga niatku
keinginanku menjadi mahasiswa UNDIP lewat jalur PSSB-DIII gagal di tengah
jalan.
Mengetahui
kegagalan yang terjadi, aku langsung berusaha fokus mempersiapkan diri untuk
seleksi calon praja IPDN. Namun kekecewaan yang menghantuiku membuat semangat
belajarku hilang. Sehingga aku kurang persiapan dalam mengikuti seleksi.
Untuk
menjadi praja IPDN, semua calon praja harus lolos 7 tahapan seleksi. Seleksi
yang pertama adalah TKD (Tes Kompetensi Dasar) dengan sistem CAT
(Computer Assisted Test). Jadwal seleksi TKD yang aku peroleh betabrakan
dengan acara wisudaku. Sehingga aku harus meninggalkan acara wisuda lebih awal.
Sedangkan tempat pekasnaanya di Kantor Regional I BKN Yogyakarta Jl. Magelang
Km. 75 Yogyakarta 55285.
Persiapanku
mengikuti TKD bisa dibilang jauh dari kata matang. Aku hanya belajar selama
satu jam. Padahal ada 100 soal yang terbagi dalam tiga materi pokok, antara
lain :
1) Tes
Wawasan Kebangsaan (TWK)
2) Tes
Intelegensi Umum (TIU)
3) Tes
Karakteristik Pribadi (TKP)
Tetapi
dengan izin Allah SWT, aku bisa lolos ke tahap selanjutnya. Seleksi tahap kedua
adalah tes kesehatan. Tes Kesehatan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama, Jalan Doktor Sutomo No.17,
Barusari, Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa Tengah 50245, Indonesia. Terdapat banyak sekali materi pemeriksaan
tes kesehatan bagi peserta seleksi calon praja IPDN, antara lain :
1) Penilaian
Rikkes Calon Praja IPDN : anatomi, fisiologi, dan estetika tubuh.
2) Hasil
Rikkes sesuai STATUS PRESENT (Kondisi kesehatan pada saat pemeriksaan kesehatan
dilakukan).
3) Anamnesis
: Penjelasan tentang riwayat penyakit baik pada diri sendiri (Capra IPDN) maupun
keluarga yang saat ini atau sebelumnya pernah diderita. Termasuk penjelasan tentang
penyakit yang sifatnya diturunkan (contoh : Asma, hypertensi) maupun tindakan
pembedahan yang pernah dijalani.
4) Pemeriksaan
fisik.
5) Laboratorium
a. Urin
Rutin
b. Darah
Rutin
c. Kimia
Darah
d. Serologis
e. Narkoba
f. Tes
Kehamilan (P)
6) Foto
Toraks
7) EKG
8) Varicoucle
9) Asthma
10) Hepatitis
B
11) Hernia
Sayangnya
aku harus gagal pada tahap ini. Faktor uama kegagalanku adalah kurangnya
persiapan. Terbukti dengan tinggi badanku yang hanya kurang 2 mm. Untuk menjadi
praja IPDN minimal memiliki tinggi 160 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk
perempuan. Sedangkan tinggibadanku saat tes adalah 159,8 cm. Pengalaman ini
menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku untuk mempersiapkan segala
sesuatu dengan matang.
Kegagalan
yang aku alami tidak membuatku menyerah begiti saja. Aku langsung beputar arah
mengikuti SBMPTN ( Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tempat
pelaksanaannya di SMK N 6 Yogyakarta, Jalan Kenari No. 46 Yogyakarta. Sedangkan
waktu pelaksanaannya bertepatan dengan pengumuman tes kesehatan IPDN.
Sebelum
melihat hasil pengumuman tes kesehatan aku mengikuti SBMPTN terlebih dahuli.
Karena aku sudah punya firasat kalau aku tidak akan lolos tes kesehatan. aku
khawatir kegagalanku menyebabkan aku tidak fokus mengerjakan soal SBMPTN.
Apalagi aku hanya belajar satu hari untuk menyelesaikan sosl-soal SBMPTN.
Aku
merasa sangat beruntung karena aku bisa diterima di jurusan S-1 Manajemen
Universitas Diponegoro. Padahal aku tidak diterima di jurusan D-3 Manajemen
Perusahaan. Akupun sangat bersukur kepada Allah SWT.
Stelah
lolos seleksi SBMPTN dan diterima di universitas yang aku inginkan, aku
melanjutkan ketahap selanjutnya. Tahap selanjutnya untuk menjadi mahasiswa
Universitas Diponegoro adalah tes kesehatan dan verifikasi berkas. RSND (Rumah
Sakit Nasional Diponegoro menjadi tempat dilaksanakannya tes kesehatan.
sedangka verifikasi berkas dilakukan di gedung Prof. Soedarto, Tembalang.
Aku
pergi mengikuti tes ditemani ibu tercinta. Kami pergi menggunakan sepeda motor.
Jarak dari rumahku ke kampus Tembalang Universitas Diponegoro sekitar 120 KM.
Dengan jarak segitu kami membutuhkan dua setengah jam perjalanan.
Tes
kesehatan yang ini tidak sebanyak tes kesehatan IPDN. Tes kali ini hanya
mengetes keadaan fisik, mata, dan urin. Tanpa persiapan apapun aku tidak
kesulitan lolos tahap ini.
Saat
tes kesehatan aku mendapat giliran kloter kedua yang dilakukan mulai pukul
13.00 WIB. Padahal sejak pagi kami sudah berada di lokasi. Sambil menunggu
giliran, aku dan ibuku pergi mencari tempat unuk aku tinggal di Semarang.
Sesuai rencana awal, aku akan tinggal di sebuah pondok pesantren.
Hanya
bermodal tanya orang, aku dan ibu mencari pondok pesantren. Beberapa menit kami
berjalan di sekitar kampus sambil sesekali berhenti untuk bertanya pada orang.
Akhirnya kami bisa menemukan sebuah ponpes. Namanya adalah PP Kyai Galang Sewu.
PP
Kyai Galang Sewu terletak di Jalan Jurang Blimbing RT : 03/RW : 04, Tembalang.
Bapak K.H. Muhammad Sam’ani Khoiruddin, S.Ag. adalah pengasuh pondoknya.
Kebanyakan santri di sini adalah mahasiswa UNDIP maupun POLINES. Karena jatah
tes keshatanku masih lama kami beristirahat dulu di sini kemudian baru pergi ke
RSND.
Setelalah
melakukan tes kesehatan, esok harinya aku melakukan verifikasi berkas. Kali ini
aku datang pagi-pagi sekali agar tidak terlalu lama mengantri. Strategiku ini
berjalan sesuai rencana sehingga aku bisa pulang lebih awal.
Sebelum
berangkat ke Semarang, terdapat dua hari waktu tinngal di rumah. Waktu tersebut
aku gunakan untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Aku berangkat
dari rumah tepat setelah Sholat Subuh. Masih melekat dalam pikiranku ekspresi
ibuku yang sambil menangis ketika aku akan berangkat. Akupu bergegas berangkat
agar tidak larut dalam kesedihan sebuah perpisahan.
Aku
berangkat dari rumah langsung menuju pondok. Di pondok aku tidak merasa
kesulitan untuk beradaptasi. Hal ini terjadi karena suasana dan kebiasaannya
hampir sama dengan tempat mondok pertamaku semasa SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar